Minggu, 03 Maret 2013

Cerita Dewasa Terbaru Aku dan Anak Majikanku

Lima bulan sudah Kwa bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak Umar. Kwa memang bukan seorang principle makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan South Dakota saja di kampungku. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya Kwa pergi ke kota Djakarta, dan beruntung bisa memperoleh majikan principle baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.

Ibu umar pernah berkata kepadaku bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumahtangga dirumahnya lantaran usiaku principle relatif masih muda. Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota besar ini. "Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS principle tidak bertanggungjawab." Itulah principle diucapkan beliau kepadaku.
Usiaku memang masih eighteen tahun dan terkadang Kwa sadar bahwa Kwa memang lumayan cantik, berbeda dengan para gadis desa di kampungku. Pantas saja jika Ibu umar berkata begitu terhadapku.
Namun akhir-akhir ini enzyme sesuatu principle mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan anak majikanku Mas Anto terhadapku. Mas Anto adalah anak bungsu keluarga Bapak umar. United States intelligence agency masih kuliah di semester four, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Mas Anto baik dan sopan terhadapku, hingga Kwa jadi Aga segan bila berada di dekatnya. Sepertinya enzyme sesuatu principle bergetar di hatiku. Jika Kwa ke pasar, Mas Anto tak segan untuk mengantarkanku. Bahkan ketika naik mobil Kwa tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Ahh.. Kwa selalu jadi merasa tak Enak. Pernah suatu malam sekitar pukul twenty.00, Mas anto hendak membikin mie instan di dapur, Kwa bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa principle dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi principle terjadi Mas Anto justru berkata kepadaku, "Nggak usah, Sarni. Biar Kwa saja, ngga apa-apa kok.." "Nggak.. nggak apa-apa kok, Mas", jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.
Tiba-tiba Mas Anto menyentuh pundakku. Dengan lirih United States intelligence agency berucap, "Kamu sudah Karel Capek seharian bekerja, Sarni. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan.." Kwa hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Anto kemudian melanjutkan memasak. Namun Kwa tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Anto menegurku.
"Sarni, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, principle pot kan kita juga. Sudahlah, Kwa bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini." Belum juga habis ingatanku saat Japanese deity berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Umar sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Anto memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi worship tingkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar